Kreativitas memang tak mengenal kelas sosial. Salah satu turunan kreativitas adalah plagiasi. Itu pula yang terjadi pada pengemis anak-anak di jalan-jalan raya kota Semarang.
Berbekal keterampilan meniru adegan reality show "Minta Tolong" yang ditayangkan di salah satu televisi swasta, pengemis anak-anak di Semarang sanggup mendapat penghasilan lebih dibanding mengemis secara konvensional.
Ricky (10), salah satu anak yang ditemui di kawasan Tugu Muda Semarang menuturkan, ide itu justru muncul dari orang yang sedang nongkrong di kawasan tersebut. Mereka sering bertanya, apakah Ricky dari tim "Minta Tolong". Ketika dia menganggukan kepala agak ragu, ternyata orang tersebut memberi lebih, yakni sebesar Rp 50.000.
"Waktu itu malam Minggu. Kalau malam Minggu kan banyak orang yang sedang pacaran. Nah, saya ditanya seperti itu malah bingung karena tidak pernah menonton televisi. Tapi ketika saya mengangguk, dikasih Rp 50.000. Habis itu saya langsung pergi," kata Ricky, Kamis (10/03/2011).
Pengalaman itu kemudian diceritakan kepada teman-temannya. Akhirnya modus itu tersebar di kalangan pengemis anak-anak, termasuk di kampung-kampung. Untuk yang di kampung-kampung, biasanya mereka berbekal barang dagangan, misalnya sekantung kerupuk seharga tak lebih dari Rp 2.000.
Kerupuk itu lalu ditawarkan kepada siapapun yang dijumpainya seharga minimal Rp 50.000, dengan alasan untuk biaya pengobatan ibunya, biaya sekolah adiknya, dan lain-lain.
"Kebanyakan mereka bertanya sambil berbisik, apakah dari tim "Minta Tolong"? Jika mendapat pertanyaan itu, kami buru-buru mengangguk sambil pura-pura takut. Setelah dapat duit, kami langsung pergi dari lokasi," kata Narti (12), saat ditemui di wilayah perumahan Tlogosari, Semarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar